Dampak Serius Standar Ganda Negara-negara Besar dalam Penegakan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
Dampak Standar Ganda Negara-negara Besar dalam Penegakan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
Negara-negara besar seringkali memproklamirkan diri sebagai
penjaga demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Mereka mengadvokasi kebebasan,
keadilan, dan hak-hak individu di forum internasional, menjadikannya sebagai
landasan moral dalam kebijakan luar negeri mereka. Namun, terdapat fenomena
standar ganda ketika pelanggaran HAM terjadi di negara-negara sekutu atau
sahabat terdekat mereka. Sikap ambigu dan inkonsisten ini menimbulkan berbagai
dampak negatif baik di kancah internasional maupun domestik.
Standar ganda terjadi ketika negara-negara besar menerapkan
kebijakan atau sikap yang berbeda terhadap pelanggaran HAM tergantung pada
hubungan diplomatik dan kepentingan strategis mereka. Misalnya, negara besar
mungkin mengutuk pelanggaran HAM di negara-negara yang dianggap musuh atau
tidak bersahabat, namun bersikap diam atau bahkan mendukung sekutunya yang
melakukan pelanggaran serupa.
Kredibilitas yang Menurun: Ketika negara-negara besar
menunjukkan inkonsistensi dalam penegakan HAM, kredibilitas mereka sebagai
pemimpin moral global menurun. Negara-negara lain menjadi skeptis terhadap niat
dan motif mereka, yang dapat mengurangi efektivitas diplomasi internasional
dalam menangani isu-isu HAM.
Kehilangan Kepercayaan Publik: Warga negara dari
negara-negara besar yang menyadari standar ganda ini dapat kehilangan
kepercayaan pada pemerintah mereka. Mereka mungkin merasa bahwa nilai-nilai
demokrasi dan HAM hanya dijadikan alat politik yang selektif dan tidak
diterapkan secara adil.
Hubungan AS dengan Arab Saudi: Meskipun Amerika Serikat
dikenal sebagai pendukung HAM dan demokrasi, hubungan dekatnya dengan Arab
Saudi—negara yang sering dikritik atas pelanggaran HAM, termasuk pengeksekusian
tanpa proses hukum yang adil dan perlakuan buruk terhadap pembangkang
politik—menunjukkan adanya standar ganda. Ketika wartawan Jamal Khashoggi
dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018, respon AS yang relatif lemah
dibandingkan dengan retorika HAM mereka menunjukkan inkonsistensi ini.
Standar ganda dalam penegakan HAM oleh negara-negara besar
mengundang kritik dan menimbulkan dampak negatif baik di tingkat internasional
maupun domestik. Untuk mengembalikan kredibilitas dan memajukan HAM secara
global, negara-negara besar perlu mengadopsi pendekatan yang lebih konsisten
dan prinsipil dalam kebijakan luar negeri mereka. Hanya dengan demikian, mereka
dapat membangun dunia yang lebih adil dan demokratis, sesuai dengan nilai-nilai
yang mereka proklamirkan.
Comments