Vietnam Pangkas PPN dari 10 Persen Menjadi 8 Persen. Begini Alasannya
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan menerapkan pajak pertambahan nilai dari 11 persen menjadi 12 persen mulai Januari 2025. Keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra, meskipun akhirnya yang dikenai PPN 12 persen adalah barang-barang mewah.
Berbeda
dengan pemerintah Indonesia, anggota ASEAN lainnya, Vietnam melakukan
pemangkasan PPN untuk mendukung bisnis dan mendorong produksi dalam negeri serta
meningkatkan konsumsi masyarakat pasca pandemi Covid-19.
Dilansir
dari Vietnam Plus pada Senin (9/12/2024), PPN di Vietnam akan turun menjadi 8
persen dari 10 persen sampai dengan Juni 2025.
Pemerintah
Vietnam memutuskan untuk memperpanjang pemotongan pajak pertambahan nilai (PPN)
dari 10% ke 8% hingga Juni tahun 2025. Keputusan penting ini telah disetujui
Parlemen Vietnam.
Menurut
berita online idxchannel.com (9/12/2024) pemangkasan PPN oleh pemerintah
Vietnam ini telah dijalankan sejak Januari 2024. Bahwa kebijakan ini akan
dievaluasi setiap enam bulan.
Kebijakan
ini bertujuan untuk menggenjot ekonomi dan mendorong belanja rumah tangga.
Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2025. Sebagaimana
diketahui Presiden Prabowo Subianto juga menargetkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 8 persen.
Menarik
untuk diketahui bahwa barang dan jasa yang dikenakan tarif pajak 10% akan tetap
menikmati tarif 8% selama enam bulan kedepan. Pengurangan PPN tidak berlaku
untuk sekuritas, real estat, perbankan, Batubara, telekomunikasi, informasi dan
teknologi, bahan kimia, serta produk dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi
khusus.
Menurut
Vietnam News yang melansir pernyataan Dinh Trong Thinh, pakar ekonomi Vietnam
menyatakan bahwa, "Perpanjangan pengurangan PPN diharapkan dapat membantu
merangsang konsumsi dan mendukung produksi dan bisnis dengan menurunkan biaya
barang dan jasa, karena ekonomi terus berjuang,"
Sementara
itu Kementerian Keuangan Vietnam memprediksi bahwa pemangkasan PPN akan
menyebabkan penurunan pendapatan anggaran Negara sekitar 26,1 triliun dong (Rp
16 triliun) pada paruh pertama tahun 2025. Namun, hal itu akan membantu
meningkatkan produksi dan bisnis, maupun konsumsi masyarakat, yang juga akan
menciptakan pendapatan untuk anggaran Negara.
Informasi aktual lainnya silahkan klik pada link berikut ini:
Comments