Muncratnya kebebasan tanpa makna ketika Kue Klepon dibully
Di tengah pandemi global gara-gara serbuan COVID-19 yang sedang dihadapi warga dunia dengan perasaan ngeri-ngeri sedap alias perasaan campur aduk, Indonesia juga sibuk dengan Kue Klepon yang memiliki rasa sensasional ini karena ada efek muncrat ketika masuk mulut.
Kesibukan itu bukan hanya terjadi di dapur pembuat jajanan pasar, juga terjadi di dunia maya. Setelah Kue Klepon yang makin sedap karena ditaburi parutan kelapa ini dibully, ramailah warganet atau para Netizen dan pecinta Kuliner Nusantara yang serentak membela eksistensi sang Klepon yang tidak berdosa ini.
Perundungan yang diderita oleh Kue Klepon telah membangkitkan rasa "patriotisme" warga dari berbagai kalangan, baik yang senang menikmati jajanan pasar dengan alas daun pisang maupun yang sebelum ada serangan virus Corona yang juga dengan rasa bahagia menyantap kue lezat ini di Café atau coffee shop yang berpendingin udara kaleng di berbagai mall sambil ngobrol tentang bisnis, nostalgia, reuni atau tentang perkembangan dunia politik lokal, nasional dan global.
Kini Klepon semakin naik daun karena menjadi bagian obrolan riuh di group WA, facebook, twitter atau Instagram. Berbagai foto, meme dan percakapan seru tentang sang Klepon membanjiri traffic Internet dan website. Muncul pula artikel baru dan lama tentang resep membuat kue Klepon.
Kesibukan itu bukan hanya terjadi di dapur pembuat jajanan pasar, juga terjadi di dunia maya. Setelah Kue Klepon yang makin sedap karena ditaburi parutan kelapa ini dibully, ramailah warganet atau para Netizen dan pecinta Kuliner Nusantara yang serentak membela eksistensi sang Klepon yang tidak berdosa ini.
Nikmatnya Kue Klepon di Jaman Now (lifestyle.sindonews.com) |
Perundungan yang diderita oleh Kue Klepon telah membangkitkan rasa "patriotisme" warga dari berbagai kalangan, baik yang senang menikmati jajanan pasar dengan alas daun pisang maupun yang sebelum ada serangan virus Corona yang juga dengan rasa bahagia menyantap kue lezat ini di Café atau coffee shop yang berpendingin udara kaleng di berbagai mall sambil ngobrol tentang bisnis, nostalgia, reuni atau tentang perkembangan dunia politik lokal, nasional dan global.
Kini Klepon semakin naik daun karena menjadi bagian obrolan riuh di group WA, facebook, twitter atau Instagram. Berbagai foto, meme dan percakapan seru tentang sang Klepon membanjiri traffic Internet dan website. Muncul pula artikel baru dan lama tentang resep membuat kue Klepon.
Munculnya resep tersebut di mesin pencari Google dan lainnya tentu sangat menggembirakan karena warga yang sudah jenuh stay at home atau working from home (WFH) kini punya adrenalin baru untuk mencoba resep Kue Klepon yang juga seharusnya diteliti dari segi sejarah, sosial dan manfaatnya untuk kesehatan maupun ekonomi Indonesia yang kini sedang lesu gara-gara Virus Corona.
Di balik semua keriuhan dan kehebohan Kue yang sangat nikmat karena muncrat di dalam mulut ini, apalagi dibarengi dengan secangkir teh Poci dan kopi espresso atau kopi instant yang dipesan secara online - barangkali Indonesia bisa memaknai semua ini dari sisi kebebasan berfikir, berbicara dan bertindak.
Freedom of speech memang dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945. Kebebasan ini bisa dituangkan dalam berbagai format seperti tulisan, video, foto dan unjuk rasa - entah itu unjuk rasa murni atau karena ada iming-iming nasi bungkus dan amplop berisi lembaran merah atau biru yang dibagikan oleh para Koordinator Lapangan alias Korlap setelah demo selesai.
Jika kue Klepon akhirnya menerima nasib dirundung alias dibully dimana sah dan tidaknya kue warisan para leluhur di negeri Jambrut Khatulistiwa ini dipertanyakan apakah juga bisa dikatagorikan sebagai bagian sah dari kebebasan berbicara?
Semoga Getuk Lindri & Kuliner Nusantara lainnya tidak kena bully lagi. Kasihan (anakregular.com) |
Kasihan banget kue Klepon ini karena tidak bisa membalas perundungan yang dialaminya di tengah sibuknya warga berfikir untuk mencari ide bagaimana cara bangkit dari keterpurukan ekonomi atau anak-anak sekolah dan para mahasiswa yang berjuang belajar secara online. Generasi penerus yang kini belum bisa tatap muka dengan para guru dan dosennya ini juga bingung dengan jaringan Internet yang sering lemot dan pusing untuk membeli pulsa.
Eh ada pihak yang merundung Kue Klepon entah atas nama apa dan siapa?
Kebebasan menjadi sia-sia karena telah membuang energi positif warga +62 ini menjadi energi negatif alias tidak produktif karena bertempur tanpa makna di dunia maya di antara pro dan kontra Kue Klepon?
Mungkin para ibu dan bapak bangsa (jika menyaksikan kehebohan ini) akan merasa sedih dan kecewa karena salah satu pasal tentang kebebasan berbicara dan berekspresi telah disia-siakan untuk hal yang tanpa makna, bahkan membuat para pemilik smartphone dan gadget menjadi boros pulsa.
Sementara itu di negara-negara tetangga dekat dan jauh, warga dan kaum intelektualnya sedang berusaha untuk lebih kreatif menyiasati New Normal dengan berbagai upaya supaya perekonomian bangsa mereka bangkit lagi.
Kuota Internet mbok ya digunakan untuk berdiskusi secara positif dan dimaksimalkan untuk membangun ekonomi keluarga (jika belum sanggup membangun perusahaan raksasa). Ormas dan komunitas sebenarnya bisa menjadi sarana untuk menginspirasi, bahkan secara nyata mampu beraksi untuk menjadikan organisasi mereka sebagai alat untuk lebih patriotik dan kreatif di bidang seni, ekonomi atau bisnis dan memanfaatkan pulsa serta kuota Internet untuk hal-hal yang lebih produktif.
Kalau warga yang aktif di dunia maya dan yang didukung oleh warga dunia nyata masih tetap nyinyir untuk sekadar bikin heboh, maka Indonesia sulit untuk menjadi bangsa terhormat dan punya martabat serta wibawa di antara bangsa-bangsa lain yang sudah melesat ke arah yang lebih maju, bahkan kemajuan mereka telah melampaui atmosfir bumi yang sudah tua ini. Mereka sudah siap membangun peradaban baru di angkasa luar.
Oke deh. Yuk kita coba resep Kue Klepon dan Kuliner Nusantara lainnya agar kita punya sedikit partisipasi membangkitkan semangat wong cilik untuk lebih kreatif dan bisa mengisi pulsa anak-anak mereka yang sedang belajar secara daring (online), sehingga nanti muncul pelaku bisnis, seniman atau politikus yang lebih hebat daripada yang ada di jaman now atau yang berasal dari jaman old.
Semoga eksistensi Kue Klepon dan jajanan pasar lainnya tidak diklaim bangsa lain sebagai milik mereka ya?