Ahok dan
Anies Baswedan dalam Sejarah Politik Indonesia:
Pengaruh pada Demokrasi
Pada sebuah acara kumpul-kumpul para mantan Gubernur DKI Jakarta di awal tahun baru, selain Fauzi Bowo alias Foke, Sutiyoso alias Bang Yos, hadir pula Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Yang membuat terkejut media dan pengamat politik adalah karena Ahok dan Anies duduk berdampingan di kursi barisan depan bersama para mantan gubernur lainnya. Sementara itu, Joko Widodo, mantan Presiden yang juga mantan Gubernur tidak muncul di acara tersebut. Pertemuan tersebut berlangsung meriah di Balai Kota Jakarta (31/12/2024)
Setelah pertemuan tersebut, baik Anies maupun Ahok mengatakan bahwa akan ada kejutan bulan depan (maksudnya Januari 2025). Apa kejutan yang dimaksud? Sambil menantikan kejutan mereka, baik Ahok maupun Anies merupakan tokoh utama politik Jakarta kontemporer yang mewarnai sejarah politik Indonesia.
Pada Pilkada Jakarta 2024, Ahok dengan barisan Ahoker, dan Anies Baswedan dengan pasukan Anak Abah bersatu padu mendukung Pramono Anung dan Rano Karno alias pasangan Mas Pram Bang Doel melawan pasangan Ridwan Kamil Suswono dan Dharma Pongrekun yang berpasangan dengan Kun Wardana Abyoto, yang merupakan pasangan independen. Pemenang Pilkada Jakarta adalah pasangan Mas Pram Bang Doel, menang satu putaran, meskipun sempat diwarnai usaha untuk melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi oleh pasangan RK - Suswono, yang akhirnya batal dilakukan.
Sejarah
politik Indonesia diwarnai oleh berbagai tokoh yang meninggalkan jejak penting,
baik dalam kebijakan maupun dinamika demokrasi. Dua tokoh yang mencuat dalam
konteks ini adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan. Keduanya
menjadi figur kontroversial dan berpengaruh, terutama dalam lanskap politik
Jakarta sebagai ibu kota negara. Kiprah mereka mencerminkan berbagai tantangan
dan potensi dalam perkembangan demokrasi di Indonesia.
Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok): Simbol Reformasi dan Toleransi
Ahok,
seorang politisi keturunan Tionghoa-Kristen, menorehkan sejarah sebagai salah
satu pemimpin daerah yang paling berani dan reformis. Kariernya bermula di
legislatif, sebelum menjadi Bupati Belitung Timur, Wakil Gubernur DKI Jakarta,
dan akhirnya Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo pada tahun 2014.
Sebagai
gubernur, Ahok dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tegas dan transparan. Ia
memperkenalkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan efisiensi birokrasi,
seperti penerapan sistem e-budgeting dan reformasi pelayanan publik. Ia juga
memprioritaskan pembangunan infrastruktur, termasuk normalisasi sungai dan
pembangunan rumah susun untuk mengatasi permasalahan banjir dan pemukiman
kumuh.
Namun,
karier Ahok juga diwarnai kontroversi besar ketika ia dituduh melakukan
penistaan agama pada 2016. Kasus ini memicu demonstrasi besar-besaran dan
menjadi titik balik dalam perjalanan politiknya. Meski akhirnya dihukum
penjara, Ahok tetap dikenang sebagai simbol perjuangan melawan korupsi dan
intoleransi, meskipun langkahnya juga memperlihatkan bagaimana politik
identitas dapat memengaruhi dinamika demokrasi di Indonesia.
Anies
Baswedan: Politisi Intelektual dengan Fokus pada Keadilan Sosial
Anies
Baswedan, seorang akademisi dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mulai
dikenal luas karena gagasan-gagasannya tentang pendidikan dan pembangunan
berbasis keadilan sosial. Ia terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2017,
menggantikan Ahok, setelah kampanye yang menurut para pengamat politik dan sosial, bahwa saat kampanye banyak diwarnai isu politik identitas.
Sebagai
gubernur, Anies membawa pendekatan yang berbeda dibandingkan pendahulunya. Ia
menekankan pada pembangunan yang "berkeadilan," termasuk program
Rumah DP Nol Rupiah dan revitalisasi kawasan Kota Tua serta fasilitas publik
lainnya. Namun, ia juga kerap dikritik karena dianggap kurang agresif dalam
menangani masalah infrastruktur dan banjir, yang menjadi warisan problematik
Jakarta.
Anies juga
memiliki pendekatan komunikasi yang lebih halus dan bernuansa intelektual.
Meski demikian, ia sering menjadi sorotan terkait beberapa kebijakan
kontroversial, seperti Formula E, yang dipandang sebagian pihak kurang relevan
dalam konteks prioritas kebutuhan warga Jakarta.
Pengaruh
pada Demokrasi Indonesia
Kehadiran
Ahok dan Anies dalam kancah politik mencerminkan berbagai aspek perkembangan
demokrasi di Indonesia. Kasus Ahok menunjukkan bagaimana politik identitas dan
agama dapat menjadi faktor dominan yang memengaruhi pemilihan umum, bahkan
mengalahkan isu kinerja dan kompetensi. Di sisi lain, dukungan terhadap Ahok
dari berbagai kelompok masyarakat juga menunjukkan semakin kuatnya suara publik
yang menolak korupsi dan mendukung pemerintahan yang transparan.
Sementara
itu, Anies Baswedan memperlihatkan pentingnya narasi dan komunikasi politik
dalam memenangkan hati masyarakat. Pendekatannya yang mengutamakan keadilan
sosial mencerminkan kebutuhan masyarakat terhadap pemimpin yang peka terhadap
kesenjangan sosial. Namun, kritik terhadap kebijakan Anies juga menyoroti
tantangan dalam mewujudkan program yang berdampak langsung pada kehidupan
warga.
Refleksi dan
Pelajaran
Perjalanan
Ahok dan Anies memberikan pelajaran penting bagi demokrasi Indonesia. Di satu
sisi, politik berbasis kinerja dan reformasi yang diusung Ahok menunjukkan
bahwa masyarakat semakin menuntut transparansi dan akuntabilitas dari para
pemimpin. Di sisi lain, keberhasilan Anies menunjukkan pentingnya memahami
aspirasi masyarakat dan merangkul berbagai kelompok untuk menciptakan
stabilitas politik.
Namun, kasus
mereka juga mengingatkan bahwa politik identitas masih menjadi tantangan besar
bagi demokrasi Indonesia. Untuk mencapai demokrasi yang lebih matang,
diperlukan pendidikan politik yang lebih inklusif, penguatan institusi hukum,
dan penekanan pada kebijakan berbasis data serta kepentingan rakyat.
Dengan
segala kontroversi dan kontribusinya, Ahok dan Anies Baswedan akan selalu
menjadi bagian penting dari sejarah politik Indonesia, mencerminkan
kompleksitas dan dinamika demokrasi di negeri ini.
Ahok dan Anies juga mempunyai pribadi dan karakter berbeda, yang sangat unik pada personality politik di Indonesia, dan mereka siap bersatu untuk mewarnai kembali sejarah politik Indonesia dengan citra dan kemasan berbeda?
Comments